Rakyat Merindukan Sosok Pak Harto Baru
(Radar Surabaya, 26 Januari 2014) |
JUDUL BUKU: Andai Pak Harto
Nyapres, Kupilih!
PENULIS: Masykur Arif Rahman
PENERBIT: Saufa, Yogyakarta
CETAKAN: I, Desember 2013
TEBAL: 188 halaman
ISBN: 978-602-255-398-4
MEREBAKNYA
kasus korupsi, rasa aman yang kian menipis, premanisme yang tumbuh subur,
terorisme ada di mana-mana. Ketidakjelasan sistem politik pemerintahan serta
pembangunan yang dirasa tidak pro-rakyat, membuat sebagian masyarakat tidak
puas dengan kinerja pemerintahan selama ini. Pasalnya, jika dibandingkan
kepemimpinan Pak Harto dulu,
kasus korupsi, terorisme dan lainnya kini lebih parah dari era Orde Baru.
Kiranya
buku berjudul Andai Pak Harto Nyapres, Kupilih! adalah bentuk kekecewaan
penulis secara pribadi dan atau bahkan kekecewaan secara umum
yang dialami masyarakat sekarang ini. Memang, jika dilihat, kasus korupsi
pada era Pak Harto tidak separah era sekarang. Hal tersebut terbukti dari
tindakan korupsi yang dilakukan para elit politik baik dari lapisan
atas hingga lapisan paling bawah sekalipun. Mereka ibarat sedang
mengadakan sebuah perlombaam untuk mengeruk uang rakyat sebanyak-banyaknya
demi sebuah kekayaan.
Selain
itu, masyarakat juga merasa aman jika dipimpin Pak Harto. Sebab, masyarakat
menilai bahwa rasa aman untuk hidup bernegara kini tergerus dengan maraknya
kasus pencurian, perampokan, pembunuhan dan kasus-kasus lainnya. Begitu pula
dengan premanisme yang makin hari makin bertambah subur. Banyak kasus
premanisme yang terjadi di tengahtengah masyarakat sekarang ini. Kasus
premanisme inilah yang membuat masyarakat resah dan gelisah.
Lebih
parahnya lagi, banyak terorisme yang sekarang ini muncul bak jamur di musim
hujan. Mereka sering kali memenuhi layar pertelevisian. Sehingga masyarakat pun
was-was dengan kejadian-kejadian pengeboman yang sering kali memakan korban. Bahkan
orang-orang yang tidak berdosa dan tidak salah apa pun bisa jadi korban
kebiadaban tersebut.
Pembangunan
pun seperti itu. Masyarakat melihat bahwa pembangunan yang dilakukan pemerintah
selama ini hanya memihak kepada orang-orang berduit yang mempunyai kepentingan
pribadi. Hanya dengan memberi uang sogokan mereka bisa bebas melenggang bak
para model yang berjalan di atas cat walk.
Kebosanan-kebosanan
masyarakat inilah yang direkam Masykur Arif Rahman untuk dijadikan sebuah catatan.
Harapan masyarakat sangat besar sekali kepada pemimpin-pemimpin agar mereka
seperti Pak Harto. Yaitu memberi pelayanan yang maksimal agar rakyat merasa
dimakmurkan.
Buku
ini memuat biografi singkat Pak Harto. Baik dari perjalanan hidup, kepribadian
keseharian, serta prestasi-prestasi Pak Harto dalam bidang politik dan keamanan
maupun keberhasilan-keberhasilan yang lainnya. Prestasi serta keberhasilan Pak
Harto itulah yang dijadikan tolok ukur masyarakat untuk pemimpin-pemimpin
berikutnya.
Misalnya
saja, keberhasilan Pak Harto dalam bidang politik. Masyarakat menilai Pak Harto
memiliki program politik pembangunan yang jelas dan terencana. Ia tidak
muluk-muluk dalam membuat rencana jika
dibandingkan
pemimpin-pemimpin sekarang ini (hal. 115). Politik pembangunan yang dilakukan
Pak Harto juga demi kepentingan rakyatnya. Buktinya, pembangunan yang dilakukan
Pak Harto dalam bidang pertanian. Ia sadar bahwa Indonesia ialah negara
agraris, oleh karena itu ia berusaha untuk mengembangkan potensi yang ada
dengan sekuat tenaga.
Hasilnya,
pada tahun 1984 Indonesia mampu secara mandiri dalam mencukupi kebutuhan beras atau
mencapai swasembada pangan. Sukses di bidang pangan itulah yang membuat Pak
Harto diundang Organisasi Pangan Dunia (FAO) untuk berpidato di depan
konferensinya yang ke-23 di Roma-Italia pada 14 November 1985 (hal. 143).
Bahkan
demi membantu krisis pangan dunia waktu itu, bersama petani, dengan prinsip
gotongroyong atau sukarela mereka mampu mengumpulkan 100.000 ton untuk
disumbangkan ke Afrika. Inilah yang belum bisa dicapai oleh pemimpin bangsa
Indonesia selama ini. Keberhasilan Pak Harto lagi-lagi dijadikan sebuah pukulan telak
bagi para pemimpin.
Tolok
ukur tersebut puncaknya pada halaman 151-155 dalam buku ini. Penulis
mengingatkan kepada calon presiden untuk mengurungkan saja niatnya apabila
tidak mampu mewujudkan mimpi masyarakat atas prestasi Pak Harto. Selain itu, penulis
menyajikan profil singkat beberapa calon presiden RI 2014 mendatang.
Pada
akhir bab, harapan munculnya bapak pembangunan baru menjadi wacana yang lebih
menarik lagi untuk dibaca. Munculnya harapan tersebut karena dilatar belakangi
oleh banyaknya korupsi yang merajalela dan serta ironisnya bangsa Indonesia sebagai
negara importir.
Akhirnya,
sangat relevan sekali buku ini dimunculkan sebagai wacana agar rakyat tidak
salah memilih pemimpin. Apalagi menjelang pemilu yang sebentar lagi digelar
diseluruh Indonesia. Oleh karena itu, buku ini patut dibaca sebagi sebuah
perenungan dalam kepemimpinan serta kepemilihan seorang pemimpin. Selamat
Membaca!
Comments