Menggali Makrifat Syekh Siti Jenar
Sejauh ini, kisah tertulis tentang Syeh Siti Jenar sangat beragam.
Namun, sumber yang dapat dipercaya untuk
menggali siapa sebenarnya sosok Syekh Siti Jenar juga sulit untuk ditemukan. Oleh karena itu
tidak heran jika muncul beragam versi tentang Syekh Siti Jenar beserta
ajarannya.
Raden Sosrowidjojo misalnya, menulis risalah singkat berjudul Serat Syekh Siti Jenar yang menjadi bahan kajian Abdul Munir Mulkhan
dan beberapa penulis lain untuk menggambarkan sosok dan ajaran wali fenomenal
ini. Sedangkan Agus Sunyoto menulis
ulang kisah Syekh Siti Jenar versi
Cirebonan dalam bentuk novel, yang diadopsi dari suluk Syekh Abdul
Jalil. Isi dari kedua versi ini tentu sangat berbeda jauh. Sementara itu, Sunan
Pakubuwono VI juga menulis Serat Babad Jaka Tingkir di tanah
pembuangannya, Ambon. Di dalam serat ini termuat sepenggal kisah tentang Syekh
Siti Jenar beserta dialog-dialognya dengan nuansa ajaran wahdatul wujud
atau manunggaling kawula-gusti. Bedanya antara Serat Syekh Siti Jenar
dan Serat Babad Jaka Tingkir ialah tentang misteri kematiannya (hal.
8-9).
Kiranya, buku ini lahir bukan untuk memperdebatkan beragam versi
tentang Syekh Siti Jenar tersebut. Namun, yang lebih penting menurut penulis
ialah upaya untuk menggali ajaran luhur yang dirasa masih sangat relevan untuk
diterapkan sekarang karena melihat kondisi bangsa yang semakin carut-marut ini.
Buku yang ditulis Agus Wahyudi ini, menjabarkan masalah makna dan
hikmah dibalik musibah dalam bingkai kajian makrifat. Penulis dalam hal ini
menjadikan terjemahan Serat Babad
Jaka Tingkir yang ditulis oleh Nancy K. Florida sebagai rujukan utama, di
samping tetap menjadikan Serat Syekh Siti Jenar sebagai rujukan
tambahan. Oleh sebab itu, buku ini menjadi terasa lain daripada buku-buku yang
lainnya yang sudah ada. Alasannya sejauh ini banyak buku tentang Syekh Siti
Jenar yang menggunakan rujukan dari Serat Syekh Siti Jenar yang ditulis
Raden Sosrowidjojo dan inilah yang menjadikan kelebihan bagi buku ini karena
menggunakan rujukan lain. Walaupun disisi yang lain mempunyai fungsi sebagai
pelengkap buku-buku sebelumnya.
Walaupun kontroversial, banyak hikmah kebaikan yang mampu kita gali
dari tokoh Syekh Siti Jenar. Salah satunya yaitu tentang kesempurnaanya dalam
bertauhid (manunggaling kawula lan gusti), tauhid dalam arti penyatuan
antara hamba dan Tuhannya. Karena kesempurnaan tauhid ialah puncak penempuhan
jalan spiritual seseorang (hal. 36).
Ada pepatah yang mengatakan, “Barang Siapa sudah mengenal
dirinya, berarti dia sudah mengenal Tuhannya. Sebaliknya, jika ia sudah
mengenal Tuhannya maka ia juga mengenal rahasia dirinya.” Kiranya, masih
relevan jika buku ini dijadikan rujukan untuk menempuh jalan pencerahan menuju
kesempurnaan makrifat serta menjadikan sarana untuk lebih mengendalikan diri
dari ketertarikan duniawi.
Penulis : Agus Wahyudi
Penerbit : Diva Press
Cetakan : I, September 2013
Tebal : 210 halaman
Keadulatan Rakyat, Edisi Minggu Pon 10 November 2013.
Judul Buku :Misteri
Makrifat Syekh Siti JenarPenulis : Agus Wahyudi
Penerbit : Diva Press
Cetakan : I, September 2013
Tebal : 210 halaman
Comments