Benarkah Politik Itu Kotor?
Ketika melihat kasus korupsi yang sering kali dilakukan para elit politik dan disiarkan di banyak stasiun televisi, banyak orang memandang bahwa
politik itu kotor (politic is dirty). Paradigma tersebut tidak salah. Hanya saja, tidak juga bisa dibenarkan sepenuhnya. Sebab jika kita
melihat politik dalam arti sempit (narrow sense) yang berarti kekuasan, maka
yang muncul ialah pandangan bahwa politik itu kotor.
Namun, berbeda halnya dengan pandangan seorang YB Mangunwijaya
dalam buku Kata-Kata Terakhir Romo Mangun (2014: 5). Dalam buku tersebut beliau
mengatakan bahwa politik itu kotor, apabila dipandang sebagai sebuah politik
kekuasan (pilitical power). Yakni, politik untuk mempertahankan sebuah
kekuasaan. Sehingga, ketika seseorang penguasa masa jabatannya habis, ia akan berusaha sekuat tenaga untuk mempertahankan kekuasaan tersebut. Pada akhirnya,
mereka seringkali menghalalkan segala cara untuk mempertahankan kedudukannya.
Namun, jika kita memandang arti politik yang kedua, yakni politik
moral (moral politics), maka kita akan dapat berubah paradigma. Sebab, politik
moral ialah politik yang mementingkan kesejahteraan banyak orang. Inilah yang
disebut Romo Mangun (panggilan akrab YB Mangunwijaya) sebagai arti sebenarnya dari
sebuah politik.
Bahkan, dapat dicontohkan bahwa ketika seseorang bersepeda di
sebelah kiri, itu termasuk tindakan politik. Sebab, itu dilakukan demi keselamatan, agar tidak menyebabkan kecelakaan. Oleh karena itu, politik
harus diartikan sebagai upaya untuk menyumbang bagi kepentingan masyarakat yang
luas dan lebih beradab.
Oleh karena itu, seseorang yang memiliki paradigma bahwa politik
itu kotor, seharusnya mereka terlebih dahulu membaca serta memahami kembali arti
politik secara luas, bukan dalam arti sempit. Terdapat pula pandangan, bahwa dalam politik tidak ada kawan abadi. Yang ada ialah kepentingan
abadi. Pandangan tersebut dapat dibenarkan, apabila ia memandang politik dalam
arti kekuasaan. Hal ini memprihatinkan.
Padahal, jika mereka memandang dari segi politik moral, seperti yang dikatakan Romo Mangun, terdapat tiga prinsip teman abadinya. Tiga prinsip
tersebut ialah memperjuangkan yang benar, yang baik, dan yang
indah. Inilah yang menjadi teman yang abadi dan tak bisa berubah.
Dari pandangan Romo Mangun tersebut, dapat disimpulkan bahwa
politik bisa dikatakan kotor, apabila dipandang sebagai kekuasaan. Sebaliknya,
politik dapat berubah menjadi bersih apabila dipandang sebagai moral. Oleh
karena itu, jangan mengartikan politik dalam arti sempit dan emosional an-sich.
Sehingga kita tetap berfikir jernih tentang arti politik sesungguhnya.
Dengan begitu, semoga dalam pemilu 2014 mendatang, jumlah golongan putih
(golput) tidak makin meningkat. Sebab, mereka hanya memandang politik
dalam arti sempit saja. Untuk itu, jadilah pemilih yang cerdas, pemilih yang
tidak mau dibeli suaranya demi kepentingan orang banyak, dan pemilih yang
berfikir kritis terhadap kondisi sosial masyarakat sekarang ini.(*)
Radar Surabaya, 05 Maret 2014.
Comments