Merawat dan Mengimplementasikan Nilai-Nilai Pancasila

Telah sekian lama, bangsa Indonesia merayakan hari kesaktian Pancasila. Yakni pasca terjadinya peristiwa G30S/PKI atau tepatnya pada tanggal 1 Oktober. Peristiwa tersebut sejatinya ialah bertujuan untuk mengubah ideologi pancasila menjadi ideologi komunisme. Namun, ideologi pancasila masih tetap selamat dan eksis hingga kini. 

Terlepas dari kontroversi sejarah yang masih menyelimuti, peristiwa tersebut seharusnya semakin memperteguh keyakinan kita terhadap Pancasila sebagai dasar berbangsa dan bernegara. Untuk itu, merawat kesaktian Pancasila sudah seharusnya dilakukan setiap manusia Indonesia. Supaya ideologi tersebut tidak semakin luntur dimakan arus zaman. 

Akan tetapi pada kenyataannya, nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila kini semakin dijauhi dan luntur pada implementasinya. Bahkan, mungkin sudah dianggap tidak penting untuk kehidupan dewasa sekarang. Bukti-bukti itu dapat kita lihat dalam praktik kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara orang-orang Indonesia sebagai berikut. 

Pada sila pertama, Ketuhanan Yang Maha Esa. Jika bangsa Indonesia mengaku berketuhanan, maka seharusnya kita mencerminkan sikap sebagai manusia yang mempunyai Tuhan. Jika mengaku sebagai pejabat semestinya ia tidak berani melakukan korupsi karena merasa diawasi oleh Tuhannya, bukan hanya kepada KPK an sich. Lantas, jika pejabat tersebut masih bertindak koruptif berarti ia telah mengingkari sila pertama dari ideologi bangsanya sendiri. 

Selanjutnya, pada sila kedua yang berbunyi, Kemanusiaan yang adil dan beradab. Faktanya, sampai saat ini pun masih banyak bentuk-bentuk dehumanisme. Baik itu dilakukan pemerintah maupun masyarakat kita sendiri. Penulis lantas teringat dengan Y.B. Mangunwijaya atau yang lebih akrab disapa Romo Mangun yakni seorang pejuang humanisme. Ia mengatakan dalam novel Burung-Burung Rantau bahwa: “Orang sering tidak sadar bahwa ia mengekang orang lain dengan memberi suatu suasana dan iklim tertentu.” Artinya, kasus dehumanisme seringkali terjadi. Namun kita seringkali tidak menyadarinya. 

Pada sila ketiga, yakni persatuan Indonesia, kini juga mulai luntur. Baik dalam bidang agama, sosial dan politik. Masih banyaknya perpecahan-perpecahan yang terjadi itulah bukti nyata pudarnya kesadaran memahami nilai-nilai Pancasila itu sendiri. Lantas, pada sila keempat, yang berbunyi: “Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan” pun sudah tidak diindahkan. Padahal di dalamnya terkandung butir-butir, yang di antaranya bahwa setiap keputusan yang diambil harus dapat dipertanggung jawakan secara moral kepada Tuhan Yang Maha Esa, menjunjung tingi harkat martabat manusia serta mengandung nilai-nilai kebenaran dan keadilan. 

Terlebih lagi pada sila yang kelima ini, yakni Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Rasanya, sejauh ini, sila kelima dari ideologi bangsa kita ini tidak akan terwujud apabila kebijakan-kebijakan yang diciptakan senantiasa memihak yang kaya. Sedangkan yang miskin dibiarkan merana. 

Artinya, keadilan sosial masih belum dirasakan seluruh rakyat Indonesia. Namun yang merasakan keadilan dan kemakmuran masih terbatas pada pejabat elite politik dan orang-orang kaya yang beruntung atau diuntungkan secara struktural. Seandainya sila kelima dari Pancasila sungguh-sungguh dan benar-benar diimplementasikan, maka bangsa kita tidak mungkin mempunyai jutaan orang miskin. Namun kenyataannya, kemiskinan semakin meningkat.


Akhirnya, untuk mengimplementasikan nilai-nilai yang terkandung di dalam Pancasila, maka ke depannya, konstelasi kehidupan berbangsa dan bernegara perlu kita perbaiki. Maka dari itu, di hari kesaktian Pancasila ini, merawat dan mengimplementasikan nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila merupakan momentum yang tepat dan sudah seharusnya menjadi agenda besar pemerintah ke depan. Supaya pesona kesaktian Pancasila senantiasa menjadi benteng pertahanan untuk melindungi NKRI (Negara Kesatuan Republik Indonesia dari berbagai ancaman.

Comments

Popular posts from this blog

Maria Walanda Maramis (1872-1924)

Rahasia Hidup Bahagia Tanpa Mengeluh

Panduan Mudah Belajar Numerologi