Inspirasi dari Sang Pejuang Perdamaian

Gandhi memang tokoh yang menarik dan menginspirasi masyarakat dunia. Buktinya banyak buku-buku baik hasil terjemahan maupun asli yang mengulas tentang sosoknya. Sebut saja buku Autobiografi Mahatma Gandhi (2009), Semua Manusia Bersaudara (2009), dan masih banyak buku yang lainnya. Salah satu buku terjemahan terbaru dalam bahasa Indonesia ialah Gandhi The Man yang ditulis Eknath Easwaran ini.

Walaupun banyak buku tentang Gandhi. Mungkin seseorang hanya mengenal namanya sebagai tokoh pejuang perdamaian saja. Selebihnya seseorang yang membawa India menuju sebuah Kemerdekaan dari jerat kolonialisme Inggris. Akan tetapi, bagaimana dengan perjalanan panjang kehidupan seorang Gandhi sendiri. Baik itu ketika Gandhi kecil hingga menjadi seorang Mahatma (jiwa yang agung). Tentu tidak banyak orang yang mengetahuinya. Terlebih lagi, ketika seorang Gandhi berani menentang kesewenang-wenangan Inggris terhadap bangsanya dan itu dilakukan tanpa menggunakan aksi kekerasan.

Adalah Eknath Easwaran (1910-1999) salah seorang yang tumbuh dalam masa bersejarahnya Gandhi (1969-1948), sehingga ia merasa perlu untuk menulis tentang riwayat perjalanan hidup seorang Gandhi yang dirasa unik dan mengandung inspirasi ini. Lewat tulisannya inilah diharapkan banyak orang yang mampu mengambil hikmah dari ajaran Gandhi tentang arti sebuah perdamaian, cinta, dan kasih sayang bukan perang ataupun kebencian.

Jika membaca riwayat hidup Gandhi ketika masih kecil, tentu tidak ada yang istimewa darinya. Selain hanya dikenal seorang yang benar-benar pemalu, takut dengan suasana gelap (bahkan ia tidak bisa tidur tanpa cahaya di kamarnya), kurang pergaulan, tidak terlalu pintar dan tidak ada bakat yang luar biasa darinya. Akan tetapi ia sangat berbakti kepada kedua orangtuanya (hal. 17).

Gandhi menikah umur 13 tahun dengan seorang gadis bernama Kasturbai. Bagi Gandhi, usia ini memang cukup tidak masuk akal karena pada waktu itu ia masih duduk di sekolah tingkat atas. Akan tetapi ia cepat belajar untuk menjadi suami yang menggairahkan. Walaupun pada awalnya sedikit mengalami guncangan karena lebih mengutamakan egonya masing-masing. Ketika Gandhi lulus dari sekolah tingkat atasnya ia bertekat melanjutkan ke perguruan tinggi walau nilainya pas-pasan. Ambisinya menjadi dokter pun gagal karena ia merasa mustahil dan terasing kemanapun ia berpaling di kelas perkuliahan itu (hal. 21-22).

Apa yang menyebabkan Gandhi mengalami perubahan dalam kehidupannya? Perubahan hidup Gandhi dialami ketika ia lulus dari ilmu hukum yang disarankan pamannya dan menjadi seorang pengacara yang sering diolok-olok koleganya karena tidak bisa menyelesaikan perkara. Dari sinilah Gandhi belajar dari pengalaman-pengalaman hidupnya. Ia mulai memandang bahwa setiap kesulitan ialah tantangan dan peluang yang bisa memancing kecerdasan dan imajinasi yang lebih besar darinya. Ia pun pada umur 27 tahun sukses menjadi pengacara dengan harta yang melimpah.

Namun kekayaan atas karier hukum Gandhi cemerlang terasa hambar, ketika melihat semua orang India yang berada di Afrika Selatan tersiksa karena perbudakan. Disinilah titik awal perjuangan Gandhi demi kemanusiaannya. Cita-cita pelayanan tanpa pamrih menyebabkan perubahan secara drastis dalam setiap aspek kehidupan Gandhi (hal. 36). Ia pun mulai bergabung dalam aksi sosial seperti pelayanan kesehatan terlebih ketika terjadinya Perang Boer tahun 1899 di Afrika selatan.

Selain sisi kemanusiaan, perubahan yang terjadi pada diri Gandhi juga pada sisi spiritualitasnya. Ia mempelajari secara mendalam kitab suci agama apapun termasuk kitab bahavat gita. Pada akhirnya, ia menemukan cara yang tepat untuk meredamkan aksi kekerasan seperti yang terjadi dalam Perang Boer di Afrika Selatan yang menewaskan banyak orang itu.

Aksi tersebut ia berinama satyagraha yang berarti berpegang pada kebenaran. Gandhi menguji satyagraha ini di Afrika selatan selama tujuh tahun dan memperlihatkan bahwa itu bekerja. Ketika ia pulang ke India, aksi ini pun dipraktikannya untuk melawan kolonialisme Inggris tanpa perang dan kekerasan (hal. 70-71).

Selain satyagraha, ajaran Gandhi lain ialah ahimsa atau nirkekerasan. Ahimsa merupakan ekspresi kebenaran yang paling mulia dari Gandhi atau tepatnya, jalan menuju kebenaran. Ahimsa juga menjadi fondasi dari satyagraha. Jadi, menurut Gandhi, ahimsa dan satyagraha itu tidak dapat dipisahkan karena keduanya seperti dua sisi koin. Ahimsa adalah cara, sedangkan satyagraha itu tujuan akhirnya (hal. 232).

Atas aksi Gandhi dalam menentang sistem kolonialisme Inggris yang tidak berpihak kepada rakayat India tersebut, ia seringkali keluar-masuk jeruji besi. Akan tetapi perjuangan seorang Gandhi demi terciptanya sebuah kemerdekaan bagi rakyat India merupakan cita-cita murni kemanusiaannya. Apalagi cita-cita kemerdekaan itu dilakukan tanpa perang dan tidak menggunakan aksi kekerasan dalam bentuk apapun.

Akhirnya, dengan membaca memoar seorang pejuang perdamaian bernama Gandhi, umat manusia seharusnya menyadari bahwa tindakan kekerasan akan merugikan diri sendri maupun orang lain. Karena tindakan kekerasan itu tidak manusiawi. Dari seorang Gandhi dalam buku setebal 268 inilah, pembaca dapat belajar tentang kemanusiaan, cinta dan kasih sayang yang sesungguhnya. Selamat membaca!
Dimuat di Rimanews.com edisi 30 Maret 2014.
Judul Buku      : Gandhi The Man
Penulis             : Eknath Easwaran
Penerjemah      : Yendhi Amalia & Hari Mulyana
Penerbit           : Bentang Pustaka
Cetakan           : I, November 2013
Tebal               : xx + 268 halaman
ISBN               : 978-602-7888-90-6




Comments

Popular posts from this blog

Maria Walanda Maramis (1872-1924)

Rahasia Hidup Bahagia Tanpa Mengeluh

Panduan Mudah Belajar Numerologi