Sejarah Madura dari Masa ke Masa

Bagi sebagian orang, Madura seringkali dipandang degan segudang stereotip negatif. Namun, jika menilik pada akar sejarahnya, Madura juga memiliki nilai positif yang luar biasa dan berpotensi tinggi bagi kejayaan negara kita. Untuk itu, jika kita ingin menilai Madura lihatlah sejarahnya terlebih dahulu. 

Maka dari itu, bacalah buku yang berjudul The History Of Madura ini. Dalam buku tersebut, Samsul Ma’arif mencoba memotret Madura dalam banyak hal. Dalam pembahasannya buku ini tidak hanya terkungkung pada ranah sejarahnya saja, akan tetapi juga potensi-potensi Madura baik kearifan lokalnya hingga kekayaan-kekayaan alam yang bisa dikembangkan negara juga disuguhkan penulis. 

Pada bagian awal, buku ini mengkaji sejarah asal usul Madura. Dalam cerita yang berkembang di masyarakat, suku Madura berasal dari keturunan Radhin Sagara (Raden Sagoro). Raden Sagoro merupakan anak seorang putri dari Kerajaan di Pulau Jawa yakni Medangkamulan. Kisah ini berawal dari seorang putri kerajaan Medangkamulan yang secara tiba-tiba hamil tanpa sebab pasti. 

Kemudian Ayahnya, Raja Medangkamulan, sangat murka ketika mengetahui hal itu. Sang Raja bahkan kemudian memerintahkan patihnya, Pranggulang, untuk membunuh sang putri. Namun tugas itu tak berhasil dilakukan sang patih hingga sang putri melahirkan anaknya. Konon ketika hendak membunuh sang putri, setiap pedang hampir menyentuh leher tetapi pedang itu kemudian terjatuh. Kejadian itu pun berulang hingga tiga kali. Sehingga sang patih pun menghentikan tindakannya dan membiarkan sang jabang bayi lahir. Karena Pranggulang meyakini bahwa sang putri hamil pasti bukan karena perbuatannya sendiri. 

Akhirnya, sang putri dan anaknya dihanyutkan ke laut dan terdampar di tepi gunung (yang sekarang dinamakan Gunung Geger, Bangkalan). Dari gunung itu, mereka melihat arah daratan yang lapang dan luas. Sedangkan gunung itu terletak di pojok. Maka dinamakanlah Madura yang diambil dari kata madu oro yang artinya pojok daratan luas (hal. 19-20). 

Selain asal usul Madura, dalam buku ini juga dijelaskan mengenai sejarah kerajaan-kerajaan di Madura. Sejak era Singosari, di Madura telah ada pemerintahan. Namun pemerintahan tersebut adalah bagian dari kerajaan di Jawa. Baru setelah, sirna ilang kertaning bumi atau runtuhnya Majapahit tahun 1400 Saka atau 1478 M, beberapa kerajaan kecil berdiri di Madura dan mengalami perkembangan pesat. Di antaranya ialah Kerajaan Songenep, Pamekasan, Palarakan, Blinga, dan Jamburingin. Selain itu, ada pula kerajaan Arosbaya dan Sampang. 

Kemajuan tersebut disebabkan kerajaan-kerajaan di Madura bisa melepaskan diri dari hegemoni kerajaan yang besar di Jawa, seperti kerajaan Majapahit. Namun hal ini tidak berlangsung lama, karena setelah Sultan Agung mendirikan Mataram Islam, Madura bagian barat kembali menjadi kekuasaan kerajaan di Jawa (hal. 51-52). 

Di samping itu, pembahasan mengenai islamisasi di Madura juga sangat menarik. Menurut sumber catatan Belanda, Islam masuk ke Madura sejak abad ke-12, hampir bersamaan dengan masuknya Islam di Jawa yang ditandai dengan makam Siti Fatimah binti Maimun di Gresik (hal. 143). 

Buku setebal 224 halaman ini patut dibaca masyarakat luas. Terlebih bagi kalangan yang menyukai kajian sejarah dan kebudayaan serta disiplin ilmu yang berkaitan. Terlebih, isu menjadikan Madura sebagai sebuah provinsi telah timbul kembali ke publik. Oleh karena itu, membaca sejarahnya tentu sangat menarik.

Koran Madura, 13 Maret 2015.
Judul Buku      : The History Of Madura
Penulis             : Samsul Ma’arif
Penerbit           : Araska, Yogyakarta
Cetakan           : I, Januari 2015
Tebal               : 224 halaman
ISBN               : 978-602-300-072-2


Comments

Popular posts from this blog

Maria Walanda Maramis (1872-1924)

Rahasia Hidup Bahagia Tanpa Mengeluh

Panduan Mudah Belajar Numerologi